Jumat, 15 November 2013

Peradaban (cerita fiksi sama sekali ga ilmiah)

“Krreeeeekkkk”  Terlihat seorang pria sedang menggeser batu besar dari dalam goa. Bukan ini bukan tentang si buta, it’s about purbakala people. Pada masa ini, goa merupakan tempat tinggal paling ideal. Ga perlu sentuhan baja, dekorasi mewah, material material gemerlap yang penting lobang, gelap, dan anget mereka udah seneng. Balabala bala bala balalabala balaba la ba lalala babababa la bala. Itulah kata pertama yang terucap oleh pria tadi. Artinya “ pagi” yang ditujukan kepada dedaunan, bebatuan, semua yang dirasa olehnya bisa diajak komunikasi. Maklum doi ini manusia paling primitive dari sekumpulan manusia purba. Gimana kupernya ini orang ya?

Gue kasih nama doi sebagai Tejo. Tejo hidup dalam koloni Bala Bala, begitu mereka menyebutnya. Ada sekitar 82 orang yang hidup dalam koloni ini. Mereka hidup di daerah perbukitan tepi pantai, mereka membuat goa di sisi sisi bukit tersebut, agar silaturahmi tetap terjaga mereka menggunakan perkakas pada tangan dan kaki untuk menempel pada bukit agar bisa berkunjung ke goa goa tetangga . Agak riskan memang tapi begitulah cara mereka hidup. Ya, koloni mereka diberkati kreatifitas untuk membuat benda dari bahan bahan yang ada disekitar mereka. Dari kemampuan itulah koloni ini dapat survive, baik untuk bertahan dari serangan koloni lain maupun untuk mendapatkan makanan. Pakan utama mereka adalah ikan, menilik dari hunian mereka yang berada di tepi pantai sangat logis kalo gue bilang makanan mereka adalah ikan, padahal bisa aja sih gue tulis makanan mereka adalah kemangi, tapi gue ga mau, entah kesadaran apa yang membuat gue ga mau nulis kemangi, entah radiasi apa yang tercemar di otak gue sehingga gue ga berpikir tentang kemangi sama sekali, mungkin inilah rencana sang Kholiq untuk memberikan hambanya paragraph yang panjang.

THE COLONY

Skema hidup koloni bala bala tergolong simple teratur, untuk para cowok bertindak sebagai pengawas dan diwajibkan belajar ngaji hingga Iqra 3, untuk yang cewek ga boleh belajar, mereka harus kerja membuat pyramid,candi, dan planet. Bagaimana dengan anak anak? Anak anak dipercaya sebagai dewan pemimpin dari koloni mereka. Pasti kalian mengira tulisan gue ini kebolak balik ya? Inget ini cerita tentang manusia purba. Perbuatan mereka tidak didasari ilmu pengetahuan melainkan insting. Untuk keagamaan koloni ini mempercayai Angin darat sebagai Tuhan (karena pada kondisi ini mereka dapet banyak ikan) dan Angin laut sebagai setan (sebaliknya).

BEGIN

Suatu masa, para anak anak mengadakan ijtima’ atau pertemuan. Gerangan apa yang terjadi? Menggubris soal apakah pertemuan tersebut? Beginilah isi diskusinya.

Dewan 1 : bala bababala baaaaaaaaaala balabalabalabalaaab balalalalaba bal a balalalalalalalalalalalalalalala la balalab a balalalalalllllllllaaaa bal a
Artinya (gimana?)


Dewan 2 : BALA

Artinya( gimana biji mata loe kendor!!! ga ada apa apa nanya gimana, pertanyaan gimana doank itu udah kaya nganggep gue sebagai tersangka, baik itu sebagai tersangka korupsi kulit sapi supaya bisa buat gendang tanpa biaya, dan juga bisa aja mengganggap gue sebagai penggelap dana pengadaan Al - Qur'an. Yasudah, mending kita kirim kader agar polemik polemik di koloni ini teratasi, gimana?


Dewan 3 : bala bbbbbbaala balala ba babala balalalalalaala bal bal bal bal a baaaaaaaaaaaaaaaaa l a balaaaaaaaaab bala bala b a l a ba bala balalalaba ba la ba lalalalalalalaba bala balalalala baaaala blll aaaa bbbbb bala
Artinya (Ya.)

Akhirnya keputusan pun diambil. Mereka mengutus salah satu anggota koloninya untuk belajar di dunia di luar koloni guna mengembangkan peradaban koloni Bala Bala tersebut. Penunjukan anggota koloni yang ditugaskan menjelajah dilakukan secara Random. Ketiga dewan tertinggi menyerukan pada wanita wanita agar segera mengumpulkan batu dan membangun sebuah bidang khusus untuk ritual penunjukan. Set set set, kemudian bangunan selesai. Entah didasari factor apa, bidang tersebut  jika dilihat dari perspektif burung yang melintas membentuk 2 bangun ruang yang menjadi satu. Sebuah lingkaran besar yang ditengahnya terselip segitiga kecil. Jika ditinjau dengan ilmu yang ada pada zaman sekarang, hal itu memiliki arti bahwa di dalam bumi terdapat inti medan magnet, gue yakin kalian pada tau apa yang gue maksud? Yak BETTTOLLL, Segitiga bermuda. Dari mana mereka belajar pengetahuan seperti itu pada zaman yang belum ada teknologi?, Kalo orang yang sering nonton discovery channel pasti beranggapan bahwa ini bukti alien membantu perkembangan peradaban manusia di bumi. Trus gimana dengan ritual penunjukkannya? Biasa aja sih, yang berkehendak menjadi kader tinggal tunjuk tangan, Terus masalah kerandomannya terletak dimana? Sebentar, random yang gue maksud diatas adalah untuk pikiran gue. Sori.

Fix Tejo unjuk gigi disini. Dia mengacungkan tangan dengan setiap mili keyakinan pada dirinya. SAYA!! ketua dewan saya tunjuk saya. Baiklah Tejo, andalah yang dibebankan tugas berat ini. Sudikah anda mengabdi pada ilmu yang akan anda dapatkan di perjalan nanti dan mengaplikasikannya ke koloni Bala Bala? Sudi. Sudikah anda merelakan segenap jiwa raga untuk menjalankan tugas ini? Sudi. Sanggupkah anda kembali dengan keadaan utuh dan terjadi perubahan signifikan pada wajah anda agar daya jual koloni kita semakin tinggi? Ga Shanggup dewan, asli ga shanggup. Ga bs di shanggupin? Enggak dewan. Baiklah, pengawal!! Penggal dia. Tejo meninggal dalam kehormatan tertinggi. TAMAT.
Ga gitu, ga gitu ceritanya, tipikal gue emang suka ngebet biar tokoh utama cepet mati.

Esoknya, Tejo bersiap dan doi dibekali berbagai peralatan untuk menunjang penelitiannya di luar sana. Inilah list barang barangnya.
  1. Telor.
  2. Cangkang keong warna item yang ditemukan pada hari jum’at dipelosok hutan dan diwajibkan saat kondisi cangkang keong tersebut menghadap barat daya.
  3. Lidi berumur setengah hari .
  4. Busur derajat yang berasal dari sungai yang bermuara hingga ke andromeda.
  5. Lipan hasil mutasi genetika generasi ke 3.


Segenap kepercayaan diri mengiringi langkah Tejo, sambil siul siul menikmati haru biru pemandangan indah di sekelilingnya. Tanpa terasa sudah 5000 mili terlewati, tibalah Tejo di gerbang hutan yang konon sangat angker. Suasana mendadak mencekam, sepi, bahkan binatang malampun serasa enggan melakukan siaran pada malam itu. Crreeeeettt, kaki Tejo menginjak sesuatu, lantas Tejo mawas, liat kanan kiri, terdengar suara gemuruh dari atas. Wuuuuussssss, kaki Tejo terkena perangkap tali, seperti terbawa arus, Tejo melaju dengan sangat kencang, dia bingung benda apa gerangan yang sedang membawa dirinya. Gdubrak Tarrrr Treetettettett, itulah rentetan suara tabrakan Tejo.

Gdubrak = Suara nabrak batang pohon besar.
Tarrr = Suara ledakan akibat gesekan tubuh Tejo dengan sekumpulan mesiu ngandang.
Treetettettett = Suara penjual terompet didepan rumah penulis.

Tejo terbawa hingga tengah hutan, dan dia masih belum tau apa yang membawanya hingga begitu cepat. Tejo setengah pingsan, berusaha untuk bangkit, eh malah pingsan lagi, bangun lagi pingsan lagi, bangun lagi pingsan lagi, bangun lagi pingsan lagi. Hal itu terjadi terus menerus selama siklus zaman es berakhir. Dia siuman, entah dimana, pokonya dia merasa berada ditengah tengah kerumunan. Ga bisa dipastikan namun dapat dispekulasikan. Spekulasi pertama, dia berada ditengah kerumunan orang DPR lagi jotos jotosan terkait keputusan sidang. Kedua, berada di tengah konser dangdut. Ketiga, berada diantara anggota DPR sedang nikah siri massal dengan artis dangdut.

Semua spekulasi salah, Tejo sedang disandra oleh sekumpulan pohon hidup (Film Lord of The Ring).  Kebetulan sekali kami sedang lapar sekali ini anak muda, nyekakakakakakaka, ujar pemimpin dari kaum pohon. Panggang dia!!!!!. Satu pohon beringin bangun dari duduknya menghampiri Tejo. Apa keinginan terakhirmu anak muda? Antena luar buat penulis mbah, saya kasian sama dia. (Curhat). Ketika hendak dicelupkan ke pemanggang raksasa, EHH SETTTOOOOOOOPPPPP!!!! Teriak Sang Pemimpin nyolot. Apakah kalian lupa kita ini vegetarian?. Oh iya, saut pohon pertama di barisan depan, oh iya, saut pohon kedua dibelakangnya, oh iya, saut pohon ketiga dibelakangnya, oh iya, saut pohon keempat dibelakangnya. Gue kasih info aja ini ya, jumlah anggota kelompok pohon ini sekitar 7 jutaan. Pada kebayang kan durasi yang habis buat nungguin barisan ini saut menyaut? Coba aja kita alokasikan durasi yang telah habis itu untuk beramal, sudah berapa fakir miskin yang tertolong?.

Sebenernya keanehan banyak muncul di paragraph atas, “pohon yang vegetarian”. Hmm, apa bedanya dengan kanibal men?. Sudahlah, ini cuma mempertegas ketololan penulis. Lanjut. Seketika Tejo diinterogasi, apa gerangan yang membawamu kesini anak muda?. Saya ditugaskan oleh koloni saya untuk berkelana guna mempelajari segala hal yang saya temukan diluar sana mbah. Hmmmm, begitu, bolehkah salah satu anggota saya ikut bersama anda?. Mboleh mbah, asal dengan satu syarat. Apa itu anak muda?. 
  • Saya salah ngomong dia yang benerin
  • Saya maling dia yang tanggung jawabin
  • Saya boker dia nyiramin, tangan kanannya. Tangan kirinya? nyebokin.
  • Dia nikah saya yang perawanin. Apanya? Kotak amplopnya. olrait.


Baiklah, JENDRAAAAAL!!!!!!. Teriak sang ketua memanggil anak buahnya. Saya pak. Saya tugaskan anda untuk ikut berpetualang dengan anak muda ini! Kembalilah dengan selamat dan membawa ilmu yang bermanfaat untuk kami dan kehidupan kami kelak. SIAAAAAAAAAP PAAAAAAAAAAK.

Pagi hari tiba, ufuk timur sudah memulai aktifitasnya, keakraban mentari dan awan mengiringi Tejo dari kejauhan, Tejo bergegas bersiap siap untuk melanjutkan perjalanan. Mari Jendral kita berangkat. Mari, tapi berilah saya waktu untuk berpisah. Oke, silahkan jendral. Jendral menghampiri Ketua, Pak Ketua, saya pamit, iringi kepergian saya dengan doa. Iya Jendral, silahkan pergi. Akhirnya berangkatlah 2 makhluk berbeda latar belakang ini, 2 langkah berlalu, 6 langkah berlalu, 14 langkah berlalu. Sang Ketua teriak dari 14 langkah dibelakang, Jangan pergi jendral!!!! Saya tak bisa mengatur prajurit sendiri tanpa kehadiranmu, hoek hoek hoek. Suara tangis Ketua mengakhiri kata terakhirnya. Sayaaaaa jugaaaaa ketuaaaaaaaaaaa, jangan biarkan saya pergi seorang diriiiiii, balas jendral sambil berlari menghampiri Ketua, mereka berpelukan, bergulat gulat, smack down smack downan. Ngerasa ga digubris, Tejo pun pergi, sendiri…………..

Wah apaan tuh!!!!! Dalam perjalanannya Tejo melihat sesuatu yang tidak relevan dengan pandangan kesehariannya. Sesuatu yang baru, sesuatu yang mengganggu pikirannya, di mana ditempat ini orang orang saling tekel menekel memperebutkan kekuasaan, menggunakan topeng emas untuk mengambil yang bukan miliknya, membenarkan tindakan menginjak nginjak orang yang lemah. “Inikah para member neraka yang turun ke bumi untuk merusak akhlak?” Pikir Tejo polos. Dimanakah Tejo berada? Iya iya bener, Tejo berada ditempat nenek moyang politisi bernaung.

Tejo jelas segera berlalu, dia takut tertular. Tutur Tertular (clue: sinetron indosiar). Sampailah dia di depan gerbang, yah walupun cuma 2 batu besar yang terletak di kanan dan kiri sih, anggep aja gerbang ya!!. Maksa ini gue!!!. Tejo masuk, mengendap ngendap, perlahan, tanpa napas, jantung berhenti berdegub, paru paru di donorin, meninggal. Tejo merasa tidak ada yang mengetahui pergerakannya, setiap bertambahnya langkah bertambah jua kepercayaan dirinya, bak anggota MLM yang dapet 2 agen baru dibawah jaringannya. Adoooooooohhh!!! Tejo seperti terbentur sesuatu, adooooh, adohhh! Lagi dan lagi, Tejo mimisan, Ternyata dia disundul sundul oleh kaum yang menamakan dirinya Bolo Bolo. Koloni Bolo Bolo tempat Tejo sekarang berada, sebuah koloni yang seluruh wajah anggotanya sama seperti mantan artis cilik yang sangat identik lagunya dengan nama Koloni ini, sipit, gendut, imut, oriental, sekarang sudah melakukan sedot lemak. Siapa dia? BETOOOOOL. Muzdalipah. Itu kalo bacanya dari kanan dan tanpa harokat, kalo dari kiri dibaca Tina Toon. Baik kakek, nenek, ibu, bapak, anak anak semuanya sama kaya wajah Tina Toon.

Wah masalah besar nih, ujar Tejo dalam hati. Tejo terkepung dalam lingkaran kaum Bolo Bolo, salah satu dari kaum Bolo Bolo mencoba mengajak Tejo komunikasi, geleng kepala setengah ke kiri banting full ke kanan 2 kali, ke kiri seperempat kemudian ke kiri lagi full. Ternyata itulah bahasa kaum Bolo Bolo, artinya kenapa kamu mengendap ngendap masuk ke sini? Mencari apa kamu? Jelaskan secara rinci keinginanmu? Dan jangan mencoba untuk mengganggu kami. Tejo pasti ga ngerti apa yang dimaksudkan oleh kaum Bolo Bolo itu, lantas dia dengan kesok tauannya mencoba membalas dengan memeragakan bahasa Bolo Bolo tersebut. Geleng geleng brutal berhenti agak condong ke kanan, geleng geleng kencang berhenti full ke kiri, geleng dikit 14 kali seperempat ke tengah agak menjorok ke kanan. Kaum Bolo Bolo lari ketar ketir rebutan sembunyi, ketakutan dengan balasan gesture Tejo. Secara tidak sengaja Tejo tadi berbicara “Gue orang homo paling termasyhur di muka bumi, siapa saja yang masih berdiri dihadapan gue sekarang bakal gue jadiin istri, baik cewek maupun cowok tetep gue homoin, homo is my life, no homo no life.” Sudah kebongkar kan kenapa kaum Bolo Bolo pada lari? 

Tiba tiba muncul sosok perempuan cantik, anggun, kebapakan (tetep mukanya sama kaya Tina Toon ya! Inget) dari balik batu besar. Saya putri disini, saya yang memimpin Koloni Bolo Bolo, apa hal yang membawamu ke sini?. Tejo terdiam mematung untuk rentang waktu yang lama, kekekekenapa kamu bisa bahasa Bala Bala? (dengan menggunakan bahasa bala bala yang telah diterjemahkan). Putri tersenyum tidak menjawab pertanyaan Tejo. Diam diam dibalik mematungnya Tejo, dia merasakan dentuman meledaknya hati, rasa apa ini? Cinta tak mungkin secepat ini, tidaaaaaaaakkkkk, kenapa begitu nyaman dengan kedatangan perasaan ini. Aku merasa norak tapi biarin dah yang penting enak. Maklum baru pertama kali Tejo ini jatuh cinta. Begini putri saya disini untuk bla bla bla bla. Sama seperti penjelasan terhadap kaum pohon tadi.

Setelah Tejo menjelaskan semua, putri menyaut kemayu, oh jadi begitu alsanmu kemari, sekarang kamu sebaiknya tinggal disini dulu sementara, istirahat. Iii iii iiiyaaaa Putri, Tejo kembali kagokan. Saya pergi dulu ya, ujar Putri sambil berlalu. Tejo masih berdiam ditempat dia berdiri tak bergerak, sesekali Tejo memandang bintang, sesekali juga Tejo senyum senyum sendiri, menurut hasil penyidik, dimata Tejo gugus bintang dilangit yang ia pandangi menyerupai wajah sang putri. Tanpa terasa Tejo tertidur sambil berdiri. Apanya yang berdiri? Itunya, itunya itu apa? Tuasnya, tuasnya? wah ngeres loe bro!! Maksud gue tidurnya Tejo menyerupai bentuk tuas jika dilihat dari kedalaman 3000 kaki dibawah laut. Ohh gitu…………….

Esoknya, Tejo sibuk mengajari kaum Bolo Bolo membuat tempat tinggal yang mendingan berhubung kondisi keberadaan goa yang sangat minim dan hanya dapat ditinggali oleh wanita dan anak anak saja. Dengan keahlian yang dimilikinya Tejo dapat berkontribusi pada kaum Bolo Bolo. Cukup lama Tejo tinggal di koloni ini, dia menyadari bahwa kekuatan itu ada beriringan dengan tanggung jawab. Masa demi masa berlalu, waktu menjadi saksi kedekatan Tejo dengan putri. Yah pokonya begitu, akhirnya mereka menikah. Pernikahan mereka berdua disini memiliki banyak arti, menggabungkan 2 cinta, menyatukan 2 budaya, memerger 2 kaum. Indah ya?

Sekembalinya Tejo ke kampung halaman, Bala Bala. Tejo membawa ilmu pemerintahan yang diajarkan putri, sang putri, dan seluruh koloni Bolo Bolo. Karena dinilai berandil untuk kedua Koloni, Tejo ditunjuk sebagai pemimpin dari mereka. Walhasil, semuanya dapat hidup layak dan pemerintahan yang manusiawi.







Namun kebahagiaan itu hanya berlangsung 4 hari, karena sangat kebetulan periode cerita ini berlangsung saat hampir hujan meteor terjadi. Bertahankah mereka? Gue ingetin aja ya, dinosaurus pada zaman itu saja punah, apalagi manusia?.

Happy ending.


Bonus video somplag, nih jamah!!!.


Terima kasih. Assalamualaikum.
Baca selengkapnya »

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © Dari Surga 2010

Template By Nano Yulianto